Nah, kali ini kita akan membahas mengenai kesenian Rinding Gumbreng yang biasanaya digunakan sebagai iringan upacara perayaan panen. Ada yang tau mengenai kesenian ini ? Asal usulnya ? Prosesi upacaranya ? Betrikania pasti penasaran kan ? simak saja artikel berikut ini. |
Kesenian Rinding Gumbeng merupakan salah satu kesenian tradisional yang terdiri dari enam penabuh gumbeng, enam peniup rinding, dan tiga penyanyi perempuan yang biasa disebut dengan istilah penyekar. Rinding dan Gumbeng sendiri merupakan dua jenis alat musik yang terbuat dari bambu. Jika cara memainkan Rinding adalah ditiup, maka Gumbeng adalah alat musik yang ditabuh atau dipukul. Sementara itu, kostum yang dikenakan oleh para pemain Rinding Gumbeng hanyalah baju, dan celana warna hitam dengan ikat kepala dari kain batik. Untuk para penyekar, kostum yang dipakai adalah kebaya khas petani desa dengan kain lurik dan juga caping bambu. Penggunaan bambu sebagai bahan utama pembuatan alat musik ditengarai bahwa kesenian ini muncul jauh-jauh hari sebelum masyarakat Gunungkidul mengenal logam dan masih mempercayai Dewi Sri sebagai Dewi Padi.
Pada mulanya, Rinding Gumbeng ini dimainkan seusai masyarakat merayakan panen pertama. Kala itu masyarakat mengarak hasil bumi terbaik sebagai persembahan untuk Dewi Sri dengan diiringi musik Rinding Gumbeng yang meriah. Selain sebagai ucapan syukur atas hasil panen yang telah diperoleh, masyarakat yang masih mempercayai sosok imajiner Dewi Sri sebagai dewi penjaga padi meyakini bahwa bunyi-bunyian yang dihasilkan oleh alat musik Rinding Gumbeng akan menyenangkan hati Dewi Sri. Ketika Dewi Sri terhibur dan bahagia, maka secara otomatis dia akan memberikan hasil panen yang lebih melimpah pada musim-musim berikutnya.
Tahun-tahun belakangan, Kesenian Rinding Gumbeng yang hanya ditemui di Desa Beji, Ngawen, Gunungkidul sudah mengalami transformasi. Rinding Gumbeng sudah jarang dimainkan dalam pesta panen masyarakat. Meski begitu, kesenian ini masih tetap lestari dan dapat dinikmati oleh masyarakat luas. Musik Rinding Gumbeng tidak lagi dimainkan dalam pesta panen melainkan dalan Upacara Nyadran Hutan Wonosadi. Selain itu, Rinding Gumbeng juga kerap ditampilkan dalam pentas budaya baik tingkat lokal maupun nasional.
0 comments:
Post a Comment