Topeng Ireng adalah tarian rakyat kreasi baru yang merupakan metamorfosis dari kesenian Kubro Siswo. Asal muasal mengenai siapa yang menciptakan kesenian Topeng Ireng untuk pertama kalinya belum jelas dan rancu hingga saat ini. Namun, berdasarkan cerita yang beredar di masyarakat, kesenian Topeng Ireng mulai berkembang di tengah masyarakat lereng Merapi Merbabu dan Sumbing pada tahun 1960-an.
Nama Topeng Ireng sendiri berasal dari kata “Toto Lempeng Irama Kenceng”. Toto artinya menata, lempeng artinya lurus, irama artinya nada, dan kenceng berarti keras. Sedangkan “dayak” berarti sak dayak ( ramai bersama-sama). Oleh karena itu, dalam pertunjukan Topeng Ireng para penarinya berbaris lurus dan diiringi musik berirama keras dan penuh semangat. Busana bagian bawah yang digunakan oleh para penari menyerupai pakaian adat “suku Dayak atupun Indian” Sekitar tahun 1995.
Keistimewaan Daya tarik utama yang dimiliki oleh kesenian Topeng Ireng tentu saja terletak pada kostum para penarinya. Hiasan bulu warna- warni serupa mahkota kepala suku Indian menghiasi kepala setiap penari. Sedangkan kostum bagian bawah seperti pakaian suku Dayak, rok berumbai-rumbai. Untuk alas kaki biasanya mengenakan sepatu gladiator atau sepatu boot dengan gelang kelintingan yang hampir 200 biji setiap pemainnya dan menimbulkan suara riuh gemerincing di tiap gerakannya. Setiap pertunjukan Topeng Ireng akan riuh rendah diiringi berbagai bunyi-bunyian dan suara. Mulai dari suara hentakan kaki yang menimbulkan bunyi gemerincing berkepanjangan, suara teriakan para penari, suara musik yang mengiringi, hingga suara penyanyi dan para penonton. Musik yang biasa digunakan untuk mengiringi pertunjukan Topeng Ireng adalah alat musik sederhana seperti gamelan, kendang, terbang, bende, seruling, dan rebana. Alunan musik ritmis yang tercipta akan menyatu dengan gerak dan teriakan para penari sehingga pertunjukan Topeng Ireng terlihat atraktif, penuh dengan kedinamisan dan religiusitas.
0 comments:
Post a Comment