Desa Wisata Kelor


Desa dengan kearifan budaya dan tradisi adalah tempat yang selalu menarik untuk dikunjungi. Namun Desa Wisata Kelor menyajikan pengalaman yang berbeda dengan desa-desa wisata lainnya. Disamping berbagai kearifan khas masyarakat desa, desa wisata ini juga menyediakan arena outbond yang representatif. Kampoeng Sedjarah Kelor berada di wilayah desa Bangunkerto, kecamatan Turi, kabupaten Sleman, propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berjarak ± 25 km dari pusat kota ke arah utara, atau ± 10 km dari ibu kota kabupaten. Suasana alam pedesaan diperkuat dengan adanya hamparan kebun salak, sungai yang jernih dan kolam-kolam ikan milik penduduk/kelompok serta panorama gunung merapi dari kejauhan.
     Ragam Wisata
1. Camping Ground
Desa Wisata Kelor menyediakan lapangan ekstra luas yang bisa digunakan sebagai tempat berkemah atau camping ground. Lapangan ini berada di tengah perkebunan salak. 
2. Dolanan
Desa Wisata Kelor menyediakan bermacam-macam permainan anak. Permainan-permainan ini kami desain sesuai dengan pola permainan anak yang sarat dengan muatan edukasi dan ketangkasan. 
3. Homestay
Desa Wisata Kelor menyediakan homestay bagi para pengunjung. Homestay yang dimaksud adalah rumah-rumah penduduk yang siap ditinggali. Di sini anda dapat merasakan suasana pedesaan dan andapun berbaur dengan masyarakat pedesaan.
4. Jelajah Sungai
Jelajah sungai dilakukan di sungai Bedog. Sungai bedhog merupakan anak sungai yang terbentuk dari letusan gunung merapi. Sungai ini melintas di sebelah timur dusun sepanjang ± 1, 5 km dengan lebar sungai 3 – 5 meter dan kedalaman air maksimal 1 meter.
Wisatawan dapat menikmati keindahan alam sungai bedhog dan melakukan penyusuran sepanjang ± 1,5 km. Di sungai ini, kami sediakan tempat rehat maupun mengeksplorasi air. Wisatawan dapat mandi di mata air yang ada di sungai ini. Masyarakat setempat menyebut mata air ini dengan nama belik Cuwo. Menjelang pertunjukan kesenian jathilan, mata air ini juga digunakan untuk melakukan ritual pemandian kuda lumping.
5. Jurit Malam
Rasakan sensasi jalan – jalan di malam hari dalam suasana pedesaan.
6. Kolam Ikan
Di dusun Kelor terdapat beberapa kolam ikan milik pemuda dan penduduk. Wisatawan dapat memancing, menjaring ikan ataupun mengeksplorasi lumpur dengan cara ngesat blumbang (bedah kolam). Jenis ikan yang dipelihara adalah: nila, tawes, gurameh, emas (tombro), bawal dan lele.
7. Makanan Khas
Desa Wisata Kelor menyediakan makanan khas berupa nasi pondoh dan tempe bacem. Makanan ini biasanya disajikan ketika ada sambatan (gotong royong membangun rumah). Pengunjung dapat pula mempraktikkan pembuatan makanan ini di dapur tradisional yang ada. Makanan khas yang disajikan merupakan makanan tradisional dari segi bahan maupun teknik penyajian. Bukan menggunakan piring, melainkan menggunakan daun pohon salak atau daun pohon pisang.
8. Ngonthel
Ngonthèl dalam bahasa jawa berarti mengayuh sepeda. Objek ini mengajak tamu untuk berkeliling dusun dan menyusuri hamparan kebun salak dengan menggunakan sepeda.
9. Pelatihan dan Praktik
Desa Wisata Kelor ingin memberikan kontribusi pada upaya pencerdasan masyarakat. Masyarakat yang dimaksud tidak terbatas pada warga dusun dan anggota organisasi yang ada. Akan tetapi lebih dari itu, Desa Wisata Kelor juga ingin berkontribusi pada upaya pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Langkah nyata yang kami lakukan adalah menyediakan fasilitas edukasi eksploratif berupa pelatihan.
10. Rumah Joglo
Rumah Joglo yang didirikan pada tahun 1835 ini merupakan saksi sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Dimasa awal pendiriannya, fungsi yang lebih menonjol adalah sebagai tempat musyawarah masalah kenegaraan dan menyusun strategi dalam melawan Belanda. Joglo Kelor merupakan joglo terbaik se-Kabupaten Sleman. Hal ini terlihat dari bagian-bagiannya yang lebih lengkap dan masih asli.
11. Seni Budaya
Dusun Kelor memiliki beberapa kesenian tradisional, yaitu: jathilan (kuda lumping), gamelan, kethoprak, tari tradisional Yogyakarta dan sholawatan klenthingan. Tradisi yang masih terpelihara dengan baik adalah tradisi daur hidup, yaitu kelahiran, khitanan, mantenan, mitoni, brokohan selapanan. Tradisi adat jawa Suran, Saparan, Selikuran dan Ruwahan masih ada di masyarakat sampai saat ini.

0 comments:

Post a Comment