Upacara Adat Kulon Progo

Bagi masyarakat Indonesia asli khususnya masyarakat Jawa, nilai agama menjadi nilai utama yang bersifat mengikat dan saling mempengaruhi nilai-nilai yang lain. Biasanya nilai agama tersebut dikaitkan dengan adat istiadat yang ada dengan berbagai tatacara dan serangkaian upacara yang kompleks. Hubungannya dengan masyarakat, upacara ini dapat diartikan sebagai bentuk semangat gotong-royong dan kerukunan.
Upacara adat sebagai salah satu bentuk ungkapan budaya dan tradisi yang masih banyak dilestarikan oleh masyarakat Jawa. Upacara adat yang dilestarikan di wilayah Kabupaten Kulon Progo 

Perwujudan Rasa Syukur Dengan Upacara Nggumbregi


        Upacara adat gumbregi dilaksanakan pada hari Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon, bulan Suro oleh warga dusun Karanggede, desa Jatimulyo, kecamatan Girimulyo. Tradisi ini dimaksudkan sebagai rasa syukur kepada Tuhan YME atas limpahan rezeki berupa hewan piaraan raja kaya (kambing, sapi, dll.) serta sebagai upacara permohonan keselamatan untuk seluruh warga.Upacara ini diadakan pada waktu pagi hari di tempat lapang di dusun Karanggede. 

Ritual Gunung Lanang Sebagai Ritual Wajib Dimalam Satu Suro

Gunung lananang adalah suatu tempat untuk melakukan kegiatan spiritual yang berupa gumuk pasir yang berada di antara hamparan pasir pantai dan pategalan di dusun Bayeman, Sidutan, Temon, Kulon Progo.
 Gunung Lanang disebut juga Astana Jingga atau Badraloka Mandira yang berarti tempat tinggal atau Kang Amurwa Jagad yang memancarkan sinar kuning kemerahan, sedangkan Badaraloka Mandira artinya bangunan terbuat dari batu bata yang memancarkan sinar keagungan.
Ritual ini disebut “Ruwatan Agung Tumpapaking Laku Suci” yang dilaksanakan setiap malam 1 suro. Sebelum melakukan acara ritual dan spiritual, terlebih dahulu harus sesuci lahir batin. Sesuci dilakukan dengan air sumur Tirto Kencono, kemudian melakukan persiapan batin di Sasana Jiwo dengan memanjatkan doa atau melantunkan kidung pambuko dengan tujuan supaya selama acara ritual senantiasa dalam kuasa dan atas kehendak-Nya. Tahapan selanjutnya di Sasana Sukma Sasana Indra (puser/pusat Gunung Lanang) dengan sikap pasrah dan dengan jiwa terarah pada kebesaran Yang Maha Kuasa melakukan puncak semedi di alam keheningan. Selajutnya, kembali ke Sasana Jiwo untuk melakukan doa (kidung panutup) sebagai ucapan rasa syukur telah diijinkan melakukan acara spiritual di tempat tersebut. 

Upacara Bersih Desa Taruban yang Dilatar Belakangi Legenda Jaka Tarub


      Upacara bersih desa Taruban mempunyai latar belakang legenda Jaka Tarub. Upacara yang dilaksanakan oleh warga dusun Taruban, desa Tuksono, kecamatan Sentolo, dimaksudkan sebagai rasa Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen yang melimpah. Kegiatan dimulai dengan bersih-bersih lingkungan, kemudian pada malam harinya diadakan pentas seni tayub. Pada siang hari berikutnya dilaksanakan upacara adat yang diawali dengan kirab dari kediaman sesepuh dusun Taruban menuju Sendang Kamulyan dan berziarah di makam Jaka Tarub. Sesudah berziarah, diadakan kenduri dan makan bersama, kemudian acara dilanjutkan dengan pentas wayang kulit sehari semalam.


Upacara Saparan Kalibuko Sebagai Penghormatan Siar Agama Sunan Kalijaga di Dusun Kalibuka

      Kalibuka adalah sebuah pedusunan di Desa Kalireja, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo. Terdapat dua pedukuhan yaitu Kalibuka I dan Kalibuka II. Upacara Adat Saparan Kalibuka dilaksanakan di kedua pedukuhan ini.
Sejarah Upacara Saparan Kalibuka adalah kisah perjalanan Sunan Kalijaga ketika melakukan siar agama ke arah Selatan dan berhenti di suatu tempat yang datar untuk berbuka puasa. Sunan Kalijaga berkata, "Sesuk nek ana rejaning jaman, tak jenengake desa Walibuka." (besok jika ada kesejahteraan zaman, tempat ini saya sebut desa Walibuka). Mereka makan nasi putih dengan lauk sate lengkap dengan bumbunya. Nasi sisa makanan yang berceceran di tempat mereka berbuka puasa tumbuh menjadi pohon besar dan tusuk sate (sujen) menjadi rumpun bambu yang ada di daerah Sebatur. Bumbu sate yang terbuat dari asem tercecer menjadi pohon asem yang sampai sekarang masih hidup dan dirawat dengan baik. Tempat ini sekarang dipakai sebagai tempat menyelenggarakan Upacara Adat Saparan Kalibuka.
       Upacara Adat Saparan Kalibuka diselenggarakan pada Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon pada bulan Sapar. Upacara ini biasanya diadakan bersamaan dengan tradisi bersih desa atau merti dusun yang diawali dengan membersihkan tempat upacara dan jalan menuju ke Sebatur. Biasanya rumpun bambu dibersihkan dan pagar bambu diganti dengan yang baru. Pada malam harinya diadakan tahlilan dan tirakatan di Sebatur.
       Esok harinya, penduduk Kalibuka menyembelih kambing berbulu putih dengan bulu hitam yang melingkar di badannya seperti kendhit/sabuk (biasa disebut wedhus kendhit dalam bahasa Jawa). Kambing diambil kulit dan dagingnya untuk dimasak para lelaki dusun Sebatur dan tidak boleh dicicipi. Kepala kambing dibawa dalam kirab menuju ke Balai Desa Kalireja lalu dibawa ke Sebatur dengan diiringi tenong berisi sesajian dan kesenian khas Kulon Progo termasuk Slawatan karena tradisi ini dimaksudkan untuk menolak bala.
Sesampainya di Sebatur, kepala kambing didoakan oleh Rois dan ditanam. Doa-doa diucapkan oleh Rois agar diberi keselamatan bagi seluruh penduduk Dusun Kalibuka. Tugas juru kunci adalah membakar kemenyan dan mohon perlindungan dari dhanyang Kalibuka yang ngreksa pundhen Sebatur, antara lain Kyai Kentol Bausetika dan Nyai Kentol Ngamben. Setelah prosesi doa diadakan kenduri yang diikuti oleh penyelenggara danpeserta, sedangkan kaki kambing ditanam di empat penjuru Sebatur. Kemudian daging kambing yang dimasak kaum laki-laki dimakan bersama-sama oleh seluruh peserta upacara untuk mengakhiri Saparan Kalibuka. 
 

Jamasan Pusaka

     Upacara Jemasan Pusaka diadakan di Suroloyo, dusun Keceme, desa Gerbosari, kecamatan Sarnigaluh setiap tanggal 1 Suro tahun baru Jawa. Pusaka yang dijamasi adalah Tombak Kyai Manggala Murti dan Songsong Kyai Manggala Dewo. Pusaka ini merupakan pemberian dari Kraton Kasultanan Yogyakarta. Prosesi jalannya upacara dimulai dengan kirab dari kediaman sesepuh dusun Keceme menuju sendang Kawidodaren.




0 comments:

Post a Comment